Cegah Resistensi Obat Kusta melalui Pemeriksaan (BTA) dan (PCR)

Pengambilan sediaan Slit Skin Smear/Skin Smear untuk pemeriksaan Mikroskopis dan menghitung Basil Tahan Asam (BTA). Pemeriksaan Penunjang dengan Polimerase Chain Reaction (PCR). Sasaran 45 respondent dari kasus pengobatan ulang/Erythema Nodosum Leprosum (ENL), selesai pengobatan/Release From Treatmen (RFT) < 2 tahun indeks bakteri ≥ 2+ dan kasus kusta baru indeks bakteri > 3+. Harapannya untuk mengetahui kuman kusta belum atau sudah resistensi terhadap obat kusta.

Hasil yang diperoleh sbb:

  1. Alokasi sampel untuk Kabupaten Belu sebanyak 45 sampel
  2. Data Pasien kusta yang telah Release From Treatment (RFT) atau selesai minum obat kusta sebanyak 42 orang menyebar di 15 Puskesmas
  3. Kegiatan pengambilan spesimen  telah dilaksanakan oleh pengelola program kusta dan petugas Laboratorium puskesmas yang telah dilatih pada tanggal 5 September 2022 di beberapa responden.
  4. Spesimen yang telah diambil dan terkumpul sampai tanggal 16 September 2022 sebanyak 34 respondent, semua telah dibawa oleh Tim BBTKLPP Surabaya.
  5. Sisa yang belum diambil sampel sebanyak 11 respondent akan deselesaikan oleh Tim Kabupaten Belu dan Puskesmas, dan dikirim spesimennya ke BBTKLPP Surabaya pada Minggu ke-4 bulan September 2022.

Dari total sampel 34 orang terdapat 3 orang penderita kusta baru dengan klasifikasi Pausi  Basiler (PB) yaitu Puskesmas Kota 1 orang PB-Anak dan Puskesmas Halilulik 1 orang PB-Dewasa dan Puskesmas Weluli 1 orang PB-Dewasa. Semua telah dilakukan tatalaksana kusta sesuai golongan umur.

Selain masih ditemuaan kasus kusta baru, masih ada pula perlakuan diskriminasi dan stigma dari keluarga dan masyarakat kepada Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).

Dari permasalahan diatas maka perlu untuk dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

  • Meningkatkan penemuan kasus kusta melalui kegiatan pelacakan (kontak serumah, tetanggah dan sosial)
  • Meningkatkan kegiatan penyuluhan terkait penyakit kusta, diskriminasi dan stigma kepada keluarga dan masyarakat.
  • Meningkatkan kapasitas petugas melalui kegiatan pelatihan atau On The Job Training (OJT).

 

Peningkatan Cakupan Imunisasi Rutin untuk Generasi Indonesia yang sehat bersama Stakeholder

Pertemuan Akselerasi Stretegi Capaian Indikator Program Pengelolaan Imunisasi Rutin Tahun 2022 dilaksanakan pada tanggal 14 s/d 17 September 2022 di Hotel El Royale Bandung, Jawa Barat.

Pertemuan dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan yang membawahi program Imunisasi dan Surveilans Imunisasi PD3I, Program Farmasi, Program KIA, Dinas Pendidikan, Kanwil Agama dan PPK dari 34 Provinsi di Indonesia. Kegiatan yang berlangsung selama 4 (empat) hari.

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengedalian Penyakit menyampaikan bahwa saat ini penyakit infeksi menjadi penyumbang kematian yang cukup besar bagi Bayi dan Balita di Indonesia. Penyakit Infeksi yang berbahaya dapat menyebabkan kecatatan  bahkan kematian seperti Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, tetanus, Hepatitis B, Pneumonia, Diare, Kanker Leher Rahim dimana dapat dicegah dengan Imunisasi, bahkan beberapa telah berhsil di turunkan angka kasusnya dan berhasil di eradikasi di dunia melalui upaya imunisasi seperti penyakit cacar.

Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama lebih dari 2 tahun berdampak signifikan terhadap terjadinya kesenjangan imunitas di masyarakat karena banyaknya anak yang tidak mendapatkan imunisasi atau tidak lengkap imunisasinya selama pandemi. Hal ini berdampak dengan meningkatkan PD3I seperti penyakit campak, rubella, difteri, pertusis dan tetanus.

Selama 2 tahun ini, merupakan tahun kerja keras bagi program imunisasi dan tentunya juga petugas imunisasi di seluruh Indonesia. Selain melakukan percepatan vaksinasi COVID-19 dan pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional, diharapkan juga terjadinya peningkatan penemuan kasus AFP dan PD3I baik di puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Hal tersebut tidak hanya membutuhkan kolaborasi, tetapi juga diperlukan upaya strategis dan implementatif dari semua pihak secara bersama.

Kementerian Kesehatan telah berkomitmen untuk melakukan transformasi Sistem Kesehatan melalui 6 Pilar Transformasi penopang kesehatan Indonesia yang terdiri dari:

  1. Transformasi Layanan Primer’
    • Edukasi Penduduk (Kampanye Imunisasi)
    • Pencegahan Primer (Penambahan imunisasi rutin menjadi 14 antigen dan perluasan cakupan di seluruh Indonesia
  2. Transformasi Layanan Rujukan
  3. Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan
  4. Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan
  5. Transformasi SDM Kesehatan
  6. Transformasi Teknologi Kesehatan’

Diperlukan dukungan stake holder dan langkah strategis dalam akselerasi pencapaian target indikator program imunisasi dan surveilans PD3I di Indonesia antara lain:

  1. Dukungan pelaksanaan program imunisasi melalui Anggaran Dana Desa.
  2. Dukungan kebijakan dan keterlibatan konkrit dalam pelaksanaan Program Imunisasi pada anak usia sekolah
  3. Strategi dan implementasi transformasi digital kesehatan dalam mendukung Program Imunisasi
  4. Dukungan dan keterlibatan konkrit PKK untuk Program Imunisasi bagi seluruh anak bangsa di wilayah masing masing
  5. Penguatan skrining status T pada layanan kesehatan bagi Wanita Usia Subur (WUS) oleh tenaga kesehatann di setiap faskes
  6. Kebijakan dan dukungan terhadap introduksi antigen baru tahun 2022–2024
  7. Pemantauan kualitas vaksin melalui aplikasi SMILE
  8. Tata kelola vaksin program imunisasi
  9. Inventory Cold Chain.

Penyusun :
Ir. Erlina R. Salmun, M.Kes, drg. Jeffrey Jap, M.Kes, Reinhard Radja Riwoe, SKM

#Peningkatan #Cakupan #Imunisasi #Rutin #Generasi #Indonesia #sehat #bersamaStakeholder