STBM UNTUK HIDUP LEBIH BERSIH, LEBIH SEHAT

Indonesia termasuk salah satu negara rawan bencana baik bencana alam maupun bencana non alam. BNPB mencatat sejumlah 2.304 bencana telah terjadi di seluruh Indonesia dalam rentang waktu Januari sampai Agustus 2022, dan 22 diantaranya terjadi di NTT. Bencana dapat terjadi setiap saat dan berdampak luas terhadap kehidupan masyarakat, timbulnya korban manusia seperti kematian, kesakitan, kerusakan sarana dan prasarana lingkungan, termasuk sarana sanitasi dasar dan munculnya faktor risiko berbagai penyakit berbasis lingkungan.

Berbagai Kondisi lingkungan di tempat pengungsian (Shelter) yang bisa dijumpai antara lain Kepadatan Penampungan pengungsi yang tidak sesuai baik luas maupun daya tampung, fasilitas Penyediaan air yang kurang memadai baik dari Kualitas maupun kuantitasnya. Kelangkaan sarana sanitasi seperti jamban, kamar mandi dan tempat penampungan sampah, Penyehatan pangan dapur umum, serta banyaknya genangan air sering ditemukan pada lokasi pengungsian. Pada kondisi ini, upaya penanggulangan, perbaikan dan pemenuhan kebutuhan minimal harus segera dilakukan begitu juga upaya penanggulangan faktor risiko penyakit berbasis lingkungan di pengungsian.

Salah satu upaya di bidang kesehatan lingkungan yang penting dalam kondisi kedaruratan adalah kegiatan promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat terkait buang air besar, cuci tangan, pengelolaan air minum dan pangan, pengelolaan sampah dan limbah cair rumah tangga. Upaya perubahan perilaku tersebut dilakukan dengan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. (Permenkes RI, No. 3 tahun 2014). Tujuan STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat. Dalam situasi bencana, Pendekatan STBM perlu diterapkan agar masyarakat/pengungsi dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat di tempat pengungsi untuk menghindari kejadian penyakit berbasis lingkungan yang mungkin akan terjadi di tempat pengungsi akibat kondisi lingkungan yang tidak sehat.

Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengelola kegiatan terkait Pemicuan STBM 5 Pilar untuk keadaan darurat bencana. Oleh karena itu, pelatihan bagi Fasilitator Pemicuan 5 pilar STBM pada Situasi Bencana diselenggarakan agar semakin banyak tercipta fasilitator-fasilitator  handal yang dapat memberikan ilmunya kepada semua orang tentang bagaimana mengetahui kebutuhan masyarakat di pengungsian, bagaimana melakukan koordinasi dengan lintas sektor dalam memenuhi kebutuhan sarana sanitasi di pengungsian, dan bagaimana merubah perilaku  masyarakat di pengungsian, baik ketika sarana belum terpenuhi atau bahkan sudah terpenuhi, demi meningkatnya kesehatan lingkungan di pengungsian bagi masyarakat pengungsi.

Trainning of Trainer (TOT) Fasilitator STBM Bencana dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus s.d 10 September 2022 beretmpat di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Cikarang. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring (mulai tanggal 25 s.d 31 Agustus 2022) dan luring ( tanggal 1 s.d 10 September 2022), diikuti oleh 60 peserta dari 14 provinsi, yaitu dari Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten, beberapa Puskesmas daerah rawan bencana, BPBD Provinsi, Bappelkes Provinsi, Kementerian Sosial, Kementerian PUPR, Kementerian Kesehatan, BNPB dan sejumlah LSM Mitra Pemerintah.

Kegiatan pelatihan dibuka dengan resmi oleh Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, dr. Anas Ma’ruf, MKM di Bapelkes Cikarang. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa pada saat bencana, lingkungan menjadi terdampak termasuk kondisi dan sarana sanitasinya. Peran tenaga kesling diperlukan untuk memberdayakan masyarakat agar menerapkan STBM terutama di tempat pengungsian sehingga tidak terjadi penyakit lain akibat kondisi lingkungan yang buruk karena terdampak bencana.

Diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melakukan fasilitasi kegiatan pemicuan 5 pilar   STBM pada situasi bencana di wilayah kerjanya masing-masing. (Penulis : Stefany Aran)

#STBMBencana #STBM #PemberdayaanMasyarakat

Malaria di Kabupaten Timor Tengah Utara perlu di waspadai, ditengah kemeriahan perayaan 100 tahun Kab TTU

Ditengah kemeriahan perayaan 100 tahun kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang jatuh pada tanggal 22 September 2022 dimana seluruh komponen pemerintah dan masyarakat merayakannya dengan menggelar pameran pembangunan dan memberi peluang kepada usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai wadah interaksi dengan masyarakat konsumen agar roda perekonomian dapat bergeliat. Pada masa pandemi covid 19 yang telah mendera selama 3 tahun terakhir telah menimbulkan berbagai dampak yang sangat hebat selain mengancan nyawa manusia dan juga menimbulkan lesunya perekonomian, oleh karenanya patut disambut dan mendapat apresiasi serta dukungan dari berbagai pihak kegiatan dimaksud.


Glorifikasi
100 tahun kehadiran sebuah wilayah berdaulat tentunya patut disyukuri dan ejawantah dari pernyataan syukur tersebut ditandai dengan penyelengaraan pameran pembangunan yang dimulai sejak tanggal 10 September sd 22 September 2022 bertempat di alun – alun kota Kefamenanu. Adapun tema yang ditetapkan adalah : “Dengan Semangat Nekaf Mese Ansoaf Mese”, (bersatu hati) kita Bangkit menuju Masyarakat Sejahtera, Adil dan Mandiri – Kefamenanu untuk Indonesia”

Salah satu tujuan dari pameran pembangunan tersebut tentunya adalah menjadi ajang etalase dan sosialisasi berbagai hasil pembangunan yang telah di capai, oleh pemerintah dan masyarakat kabupaten TTU, termasuk didalamnya adalah hasil pembangunan di bidang kesehatan. Berikut beberapa data yang tersaji pada ajang pembanungan dimaksud ( diolah dari data dinding pameran dan dashboard aplikasi pelaporan ) sbb;

  • Prevalensi stunting tahun 2018 (51,8%), 2019 (42,6%), 2020 (28,4%), 2021 (25,3%), tergambar adanya penuruan dari tahun ke tahun.
  • Pertolongan persalinan di fasyankes : 2020 (79,2 %) , 2021 (84,8 %) sp juli 2022 (51,4%) , tergambar adanya peningkatan akses layana persalinan di Fasyankes
  • Jumlah kematian ibu tahun 2020 (7 jiwa), 2021 (11 jiwa), 2022 (11 Jiwa), tergambar adanya peningkatan kematian ibu.
  • Jumlah kematian balita tahun 2020 (9 jiwa), 2021 (4 jiwa), sampai juli 2022 (6 jiwa) , tergambar adanya peningkatan kematian balita.
  • Jumlah kematian bayi tahun 2020 (44jiwa), 2021 (35 jiwa ) sp juli 2022 ( 40 jiwa), tergambar adanya peningkatan kematian
  • Kasus covid terkonfirmasi 1.347, sembuh 1.321, meninggal 26 jiwa
  • Capaian vaksinasi covid dosis I (78,76%), dosis II (52%), dosis III (10,2%), tergambar capaian vaksinasi belum mencapai target khususnya dosi II dan dosis
  • Cakupan vaksinasi Bian MR (37,3%), dari target 95%, imunisasi kejar IPV (1,3%), OPV (30,4%), DPT-HB,Hib (85,54%) dari target masing-masing antigen 80%. Tergambar capaian vaksinasi Bian MR dan kejar belum mencapai
  • Malaria tahun 2020 (22 kasus), 2021 (5 kasus), 2022 (10 kasus), tergambar adanya peningkatan kasus malaria terkonfirmasi

Terhadap berbagai capaian pembangunan yang tersaji maka dapatlah disimpulkan bahwasannya upaya pembangunan yang sudah dan sedang berlangsung menunjuknan trend penurunan (perbaikan) tetapi ada pula indikator yang menunjukan peningkatan (perburukan) oleh karenanya perlu digaris bawahi perlunya berbagai strategi dan upaya program pembangunan di terusakan dan di cari terobosan dan atau solusi innovatif untuk mencapai target pembangunan sebagaimana yang di tetapkan.

Sehubungan dengan penyakit berpotensi wabah / KLB sejauh dalam pengamatan otoritas kesehatan di kabupaten TTU, tersebut bahwasannya malaria dan diare berpotensi wabah. Khusus malaria terjadi peningkatan / penenuan kasus yang signifikan dari tahun ke tahun, di tahun 2022 dilaporkan 11 kasus dengan klasifikasi kasus import khususnya dari papua yang mendominasi hal ini karena daerah Papua adalah wilayah endemis tinggi penularan malaria.

Atas situasi tersebut diatas, maka perlu peningkatan kewaspadaan oleh karena agenda eliminasi semakin dekat time limitnya, sebagaimana komitmen dan target eliminasi malaria di Kab. TTU di tahun 2023 adapun rekomendasi yang disampaikan adalah beberapa kegiatan perlu terus diintensifkan dan dioptimalkan oleh seluruh jajaran otoritas kesehatan di Kabupaten TTU demi menjaga wilayah dan masyarakatnya agar dapat terbebas dari belenggu malaria, Oleh karenanya berbagai strategi dan metode yang telah diyakini dapat mengendalikan malaria dari hulu ke hilir yang dapat di jalankan adalah :

  1. Kolaborasi antar stakeholder dalam upaya pencegahan penularan kembali
  2. Pengendalian vektor melalui kemitraan dan pelibatan masyarakat dalam pengendalian dan rekayasa
  3. Pemantauan dan pengendalian jentik nyamuk anopheles (survailanse vektor) secara terus menerus untuk memimimalisir faktor resiko penular
  4. Pemetaan fokus, penguatan tatalaksana malaria dan jejaringnya untuk wilayah reseptif tinggi dan daerah vulnerable
  5. Upaya 3T (Testing, penguatan diagnostic dan penjaminan mutu laboratorium dengan gold standart testing adalah mikroskopis, Tracing minimal menjangkau 25 orang kontak erat, dan Treatment sesuai standart tatalaksana malaria yang wajib diikuti dengan pemantauan ketat kepatuhan minum obat malaria (OAM).
  6. Survey migrasi terhadap semua pelintas batas dan dari/ke daerah endemis
  7. Pemberdayaan dan pelibatan kader secara terbatas dalam upaya perluasan akses intervensi dan layanan
  8. Promosi kesehatan dalam kerangka pemberdayaan dan penggerakan masyarakat dalam upaya eliminasi
  9. Upaya dan peningkatan kerja sama lintas batas dengan kabupaten maupun negara perbatasan. Dalam konteks notivikasi kasus antar kabupaten maupun negara tetangga guna respon

Selamat bekerja, selongsong eliminasi malaria Kabupaten TTU di tahun 2023. 1 abad (100 tahun kabupaten TTU dirgahayu dan jayalah TTU. Jeffrey Jap


#Malaria #TTU #waspadai #ditengah #kemeriahan #perayaan #100tahun #Kab.TTU