Monitoring dan Evaluasi Program TBC Nasional Tahun 2022

Tujuan dari kegiatan ini adalan untuk melakukan monitoring dan evaluasi program TB Nasional Tahun 2022, dengan tujuan khususnya adalah evaluasi pelaksanaan program TBC Tahun 2021 dan Semester 1 Tahun 2022, Sosialisasi Update Program TBC 2022, Validasi Data TBC Semester 1 Tahun 2022, Mengidentifikasi kendala pelaksanaan Program TBC Tahun 2022 dan Rencana kegiatan di Provinsi untuk Peningkatan Capaian Program TBC Tahun 2022.

 

Kegiatan dibuka oleh Dirjen P2P : Bpk. Dr. Maxi Twin Rondonuwu, dan Sambutan Selamat Datang dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten : Dr. dr. Hj. Ati Pramudji Hastuti, MARS. Dilanjutkan dengan pemaparan hasil Evaluasi Program TBC Tahun 2022 yang disampaikan oleh Plt. Direktur P2PM : dr. Tiffany Tiara Pakasi dan dr. Endang Lukitosari, MPH. Dalam penyampaian hasil pelaksanaan program disampaikan bahwa untuk Provinsi NTT, cakupan penemuan masih jauh dari target yang diharapkan sebesar 70% (18.833 kasus) , NTT baru mencapai 19 % (3.590 kasus).

Panel presentase dari beberapa Provinsi tentang tindak lanjut Perpres TBC juga disampaikan  yakni Kontribusi Forum Multi Sektor dalam Penanggulangan TB di Kota Makassar, Praktik Baik Upaya Percepatan Eliminasi TBC di Kota Tangerang dan Peran serta Komunitas dalam Penanggulangan TBC di Kota Medan.

Presentase masing masing Provinsi dilakukan pada hari kedua di malam hari, menyampaikan hasil pelaksanaan program dan rencana tindak lanjut untuk meningkatkan cakupan penemuan kasus Tuberkulosis.

Kesimpulan dari kegiatan Pertemuan Monev Nasional Tuberkulosis untuk ditindaklanjuti di daerah adalah :

  • Perlu dibentuk Tim Percepatan Eliminasi dengan melibatkan Lintas Sektor dan Lintas Program dengan Surat Keputusan dari Gubernur, Optimalisasi pemeriksaan Tes Cepat Molekuler, Kab/Kota dengan mengatur jejaring pemeriksaan TCM dan memperhatikan beban kerja masing masing faskes TCM untuk pemerataan pemeriksaan.
  • Memanfaatkan pendanaan Transport Sputum bersumber dana GF untuk meningkatkan Utilisasi TCM dan Penemuan Kasus TB
  • Memfasilitasi kegiatan pelatihan Tenaga (dokter,pengelola) dengan menggunakan media online.
  • Mendorong pembentukkan DPPM dan KOPI dengan memanfaatkan sumber dana yang ada (APBD/GF), sehingga dapat meningkatkan penemuan kasus.

Kegiatan ditutup dengan penyampaian Rencana Tindak Lanjut Program yang dibacakan oleh Kepala Bidang P2P Provinsi Sulawesi Selatan.

 

Kesiapsiagaan (pra bencana) dapat mengurangi dampak kebencanaan melalui Orientasi Paket Pelayanan Awal Minimal (PPAM) Kesehatan Reproduksi Provinsi NTT

Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT bekerjasama dengan Yayasan Kerti Praja (YKP) yang merupakan Implementing dari UNFPA menyelenggarakan Orientasi Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi Provinsi NTT. PPAM merupakan sekumpulan kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang dilaksanakan dpada tanggap darurat krisis kesehatan yang secara rinci dijabarkan sebagai berikut :

  1. Paket merupakan kegiatan, koordinasi, perencanaan dan logistik. Paket tidak berarti sebuah kotak tetapi mengacu pada strategi yang mencakupkan koordinasi/perencanaan, supplies dan kegiatan-kegiatan kesehatan seksual dan reproduksi.
  2. Pelayanan merupakan pelayanan kesehatan reproduksi yang diberikan kepada penduduk terdampak.
  3. Awal yang berarti bahwa dilaksanakan sesegera dengan melihat hasil penilaiaan kebutuhan awal.
  4. Minimum adalah dasar, terbatas dan bersifat life saving

Kegiatan PPAM tersebut dilaksanakan di Hotel Sylvia Kupang pada hari Rabu s/d Jumat tanggal 27 s/d 29 Juli 2022 dan diikuti oleh 36 orang peserta yang terdiri dari Lintas Program Dinas Kesehatan Dukcapil Provinsi NTT (Pengelola program Kesehatan reproduksi, Maternal Neonatal, Balita, Remaja, Lanjut Usia, IMS dan HIV-AIDS serta penanggungjawab Krisis Kesehatan dari Bidang Pelayanan Kesehatan) dan Lintas OPD (DP3A, BPBD, BKKBN), Organisasi Profesi IBI dan LSM (Yayasan Tanpa Batas, Cis Timor, PKBI, Yayasan Pikul).

Pembukaan kegiatan oleh Kabid Kesmas DinkesDukcapil Provinsi NTT (Iwan M.Pellokila, S.Sos) dilanjutkan dengan sambutan yang disampaikan oleh UNFPA (Humanitarian Program Analyst UNFPA Indonesia (Elisabeth Adelina Sidabutar) dan Perwakilan YKP oleh Project Manager YKP (Dinar S.M.Lubis). Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan pelaksanaan pedoman PPAM kepada anggota sub klaster kesehatan reproduksi di Provinsi NTT, meningkatkan pengetahuan anggota sub klaster tentang pelaksanaan PPAM pada layanan kesehatan reproduksi dan untuk mengetahui komponen-komponennya.

Peserta mendapatkan pengayaan materi dari berbagai narasumber/fasilitator berkompeten, baik secara online maupun offline selama 3 (tiga) hari. Keluaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah anggota sub Klaster Kesehatan Reproduksi mengetahui dan mampu mengimplementasikan PPAM pada saat terjadi krisis kesehatan.


#orientasi #ppam #kesehatan #reproduksi

Pelatihan Tenaga Kesehatan, Sosialisasi Kemoprofilasis Kusta dan On The Job Training Cluster

Kemoprofilasis Kusta dilaksanakan pada penduduk yang memenuhi kriteria dan persyaratan yaitu: 1.Penduduk yang menetap paling singkat 3 (tiga) bulan pada daerah yang memiliki pnderita kusta. 2. Berusia lebih dari 2 (dua) tahun. 3. Tidak dalam terapi rifampicin dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir. 4. Tidak sedang dirawat di rumah sakit. 5.Tidak memiliki kelainan fungsi ginjal dan hati. 6. Bukan suspek Tuberkulosis. 7. Bukan suspek kusta atau terdiagnosis kusta. 8. Bukan lanjut usia dengan gangguan kognitif/mental.

Pemberian Kemoprofilasis Kusta/Pencegahan Kusta dilaksanakan 1(satu) kali dan dapat diulang kembali setelah 2 (dua) tahun dari pemberian sebelumnya apabila di antara kontak serumah/kontak tetangga/kontak sosial ditemukan lagi Penderita Kusta baru. Kemoprofilasis Kusta yang diberikan oleh petugas kesehatan wajib diminum langsung di depan petugas pada saat diberikan. Penentuan sasaran penduduk yang akan diberikan Kemoprofilasis Kusta sesuai dengan metode yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah setempat atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah sasaran.

Pelaksanaan Kemoprofilasis Kusta antara lain:

  1. Persiapan Pelaksanaan
  2. Pengumpulan Data Epidemiologi dan Identitas Karakteristik Masyarakat meliputi:
  3. Jumlah pendudu berdasarkan golongan umur
  4. Jumlah kepala keluarga
  5. Jumlah kontak
  6. Jumlah tenaga kesehatan dan kader
  7. Pemetaan lokasi dengan penderita kusta (Puskesmas,desa,Dusun)
  8. Jumlah Penderita Kusta baru
  9. Angka Prevalensi Rate (PR)
  10. Angka Penemuan Penderita Kusta baru (CDR)
  11. Proporsi cacat tingkat 2 di antara Penderita Kusta baru.

Selain data harus diketahui juga informasi tentang situasi masyarakat (kearifan lokal,budaya dan adat istiadat) di lokasi sasaran, terutama terkait dengan stigma dan diskriminasi terhadap Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK)

  1. Pemilihan Metode Pendekatan dalam Pelaksanaan
  2. Pendekatan Blanket

Kemoprofilasis Kusta dengan sasaran seluruh penduduk di suatu daerah dengan kriteria: a.daerah dengan beban tinggi dan memiliki PR Kusta baru >5 per 100.000 penduduk. b.daerah terisolir dengan akses terbatas/sulit c.daerah dengan pelayanan kesehatan yang tidak memadai/rutin terutama kusta

  1. Pendekatan partisipasi masyaraat

Kemoprofilasis Kusta dengan melibatkan anggota keluarga, nakes di desa, tokoh masyarakat/agama, kader kesehatan dan organisasi masyarakat lainnya yang ada dilokasi tempat tinggal penderita kusta dengan kriteria: a.daerah beban tinggi dan memiliki penderita kusta baru >5 per 100.000 penduduk atau 30 penderita kusta baru pertahun  selama 3 tahun berturut-turut; b.Tersedia tenaga kader kesehatan aktif yang memadai.

  1. Pendekatan Kontak

Kemoprofilasis Kusta dengan sasaran meliputi seluruh kontak

(kontak serumah,tetangga dan sosial) dari penderita kusta baru dengan kriteria 1(satu) index case/kasus jumlah rata-rata kontak yang harus diperiksa sebanyak 20 0ran

  1. Waktu Pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan Kemoprofilasis Kusta didahului dengan pembuatan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas meliputi :

Perencanaan Kegiatan

1.Persiapan; 2. Sosialisai, advokasi; 3. Pelatihan/On the job Training; 4.Pembuatan daftar sasaran; 5. Pembuatan Peta sasaran;

Pelaksanaan Kegiatan

  1. Pelaksanaan meliputi:
  2. Pembagian Tugas/Peran, b. Penyuluhan c. Pemeriksaan Kontak, d.Komoprofilais Kusta/Pemberian obat pencegahan kusta
  3. Monitoring, 8.Pelaporan mulai tw.1 – 4 dan 9. Evaluasi Tahunan
  4. Prosedur Pelaksanaan

Proses Pelaksanaan Kemoprofilasis Kusta dengan metode blanket didahului dengan :

  1. Penyiapan Logistik
  2. Penomoran pada rumah sasaran
  3. Pelatihan Nakes Puskesmas
  4. Sosialisasi kepada Kelompok Potensial Masyarakat
  5. Penyuluhan
  6. Pemeriksaan/Skrining
  7. Kemoprofilasis Kusta

Kegiatan Kemoprofilasis dilaksanakan di Kabupatan TTU dan meliputi 2 (dua) Puskesmas yaitu Puskesmas Tasinifu dan Puskesmas Maubesi.

Hasil Kegiatan

  1. Puskesmas Tasinifu 4 (empat) dusun dengan kasus kusta lama 4 orang. Lokasi tempat tinggal pasien berkelompok. Metode yang digunakan adalah metode Blenket. Pelatihan kepada Nakes Puskesmas Tasinifu sebanyak 10 orang, Sosialisasi kepada Kelompok Potensial Masyarakat sebanyak 21 orang.Total target sasaran Kemoprofilasis : 1.285 orang.
  2. Dusun Oelmuka : target 327 orang, Capaian 146 orang (44,65%) yang belum dikemo 181 orang,
  3. Dusun Kiuapa : target 331 orang, Capaian 165 orang (49,85%) yang belum dikemo 166 orang
  4. Dusun Lasena : target 157 orang, Capaian 41 orang (26,11%) yang belum dikemo 116 orang
  5. Dusun Noelelo : target 470 orang, Capaian 248 orang (52,77%) yang belum dikemo 222 orang

Pelaksanaan kegiatan kemoprofilasis baru mencapai 600 orang (46,69%),. Sisa sasaran yang belum dikemo sebanyak 685 orang (53,30%) akan dilanjutkan kemo sampai akhir bulan september 2022.

Dari 600 orang yang telah diperiksa terdapat 2 orang sebagai penderita kusta baru langsung diberi pengobatan sesusi tatalaksana dan 5 orang terkategori suspek dilanjutkan dengan pengamatan selama tiga bulan.

  1. Puskesmas Maubesi 2 (dua) dusun dengan kasus kusta lama 12 orang.

Lokasi tempat tinggal pasien berkelompok. Metode yang digunakan adalah metode Blenket. Kegiatan yang dilasanakan adalah Pelatihan kepada nakes di Puskesmas Baubesi sebanyak 10 orang. Pelaksanaan kegiatan Kemoprofilasis akan dilaksanakan pada bulan September 2022 terintegrasi dengan kegiatan lainnya.

  1. Puskesmas Sasi

Kegiatan OJT Cluster dilakukan kepada pengelola program kusta Puskesmas di Puskesmas sebanyak 8 orang yaitu NLR dan Mitra 2 orang, Wasor Provinsi 1 orang, Wasor Kabupaten TTU 1 orang, Puskesmas Sasi 1 orang, Puskesmas Neomuti 1 orang, Puskesmas Oemeu 1 orang dan Puskesmas Haekto 1 orang

TOT Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular di FKTP

Pembangunan bidang kesehatan di lndonesia dihadapkan pada Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana penyakit menular (communicable diseases) masih merupakan masalah Kesehatan masyarakat, dilain pihak angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh PTM (non-communicable disesses), cenderung meningkat, dan sekaligus menghadapi tantangan penyakit-penyakit yang muncul kembali (re-emerging infectious diseases) atau munculnya penyakit – penyakit baru (new-emerging infectious diseases). Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh perubahan lingkungan, perilaku rnasyarakat, transisi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya.

Dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya Pelayanan Terpadu PTM di FKTP, diperlukan dukungan sumber daya kesehatan sebagai pelaksana yang bekeria secara profesional. Oleh karena itu diperlukan Pelatihan terhadap tenaga kesehatan, tidak hanya di tingkat pusat. provinsi dan kabupaten/kota tetapi sampai ke tingkat FKTP (Puskesmas). Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelatihan tersebut, maka perlu dilakukan Pelatihan Bagi Pelatih Pelayanan Terpadu PTM bagi tenaga kesehatan di FKTP.

Pelatihan dilaksanakan melalui pendekatan cara belaiar aktif, yaitu melalui pendalaman modul secara individu, curah pendapat, ceramah tanya iawab (CT), diskusi kelompok dan mengerjakan latihan serta praktek lapangan di 2 puskesmas di wilayah keria Dinas Kesehatan Kota Bogor, yaitu puskesmas Warung Jambu dan puskesmas Bogor Tengah.

Sosialisasi/Advokasi Introduksi PCV (Pneumococcus Conjugasi Vaccine) di Kabupaten Ende

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia termasuk negara berkembang seperti Indonesia sebesar (36%). Hasil Riskesnas, prevalensi pneumonia di Indonesia sebesar 4.8% dengan prevalensi tertinggi pada balita dengan kelompok umur 12-23 bulan.

Streptococcus Pneumonia atau Pneumokokus dapat menyababkan penyakit pneumonia yang ringan dan bersifat non-invasif maupun berat dan bersifat invasif. Selain disebabkan oleh Streptococcus Pneumonia, pneumonia juga disebabkan oleh Haemophylus Influenzae tipe B (HiB).

Oleh karena itu, maka dalam rangka mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh HiB, maka telah dilakukan introduksi vaksin HiB yang dikombinasikan dengan DPT-HB menjadi DPT-HB-HiB kedalam program imunisasi nasional sejak tahun 2013. Hal tersebut dilaksanakan karena HiB merupakan penyebab ± 23% penyakit pneumonia yang serius pada anak.

Upaya ini akan lebih efektif bila dibarengi dengan pemberian imunisasi Pneumokokus sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat Pneumonia secara signifikan, sehingga Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan pemberian imunisasi Pneumococcus Conjugasi Vaccine (PCV) kedalam program imunisasi nasional.

Dengan melihat jumlah kasus pneumonia di Kabupaten Ende tahun 2020 sebanyak 207 kasus (17,76% pneumonia pada balita) dan tahun 2021 sebanyak 435 kasus (37,31% pneumonia pada balita), maka dilakukannya kegiatan Sosialisasi dan Advokasi Introdukasi Pneumococcus Conjugasi Vaccine  (PCV) bagi petugas puskesmas untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuannya serta dapat mengimplementasikannya dalam pelayanan imunisasi terutama berkaitan dengan teknis pelaksanaan imunisasi PCV dan kasus KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) dan penanganan KIPI Imunisasi PCV.

Kegiatan tersebut dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2022 di Kabupaten Ende yang dihadiri oleh 60 orang yang terdiri dari 26 orang Kepala Puskesmas, 26 orang pengelola imunisasi dan 8 orang berasal dari lintas program. Narasumber dalam kegiatan sosialisasi tersebut berasal dari Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Prov. NTT (Yosef Kupertino, S.Si/Staf Substansi Surveilans dan Imunisasi), dokter specialis Anak (dr. Ardanta Topik Tarigan, Sp.A) dan Dinas Kesehatan Kab. Ende (Kabid P2P/Maria Agistina P. Tondong, SKM. MPH.