Upaya Menjaga “KESEHATAN” di Destinasi Wisata Super Prioritas LABUAN BAJO
Labuan Bajo merupakan sebuah pelabuhan kecil yang cantik diujung paling barat pulau Flores dan merupakan pintu masuk ke Taman Nasional Pulau Komodo. Labuan Bajo memliki topografi berbukit-bukit hingga pegunungan. Labuan Bajo menjadi salah satu dari empat destinasi pariwisata Super Prioritas di Indonesia. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo telah ditetapkan menjadi Destinasi Super Prioritas (DSP) sehingga pengembangan kepariwisataan diharapkan menerapkan konsep pariwisata berkualitas. Adapun 4 (empat) sasaran utama pengembangannya meliputi 1). Nilai tambah sektor pariwisata, 2) Peningkatan devisa pariwisata, 3). Kesiapan destinasi, industri, dan masyarakat, 4). Peningkatan kapasitas SDM pariwisata di Indonesia.
Banyak tujuan wisata alam yang memukau, yang tersebar di daerah Labuan Bajo dari laut hingga perbukitannya. Tidak hanya pulau Komodo tetapi masih banyak lagi seperti pulau padar, pink beach, air terjun cunca wulang, gili laba dan lain-lain. Alam Labuan Bajo menjadi magnet bagi wisatawan baik wisatawan lokal dan mancanegara.
Seiring dengan makin berkembangnya infrastruktur sektor pariwisata dan makin terpublikasinya potensi pariwisata super prioritas Labuan Bajo, dengan sendirinya mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. Tercatat jumlah kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo fluktuatif dengan trend yang progresif walaupun di tengah kondisi pandemik Covid-19. Di tahun 2018 jumlah kunjungan sebanyak 163.054 wisatawan, di tahun 2019 sebanyak 256.609 wisatawan, di tahun 2020 sebanyak 51.000 wisatawaan, di tahun 2021 sebanyak 60.000 wisatawan, dan hingga saat ini di tahun 2022 sebanyak 158.817 wisatawan yang berasal dari mancanegara dari berbagai belahan dunia maupun dari berbagai wilayah nusantara. Dengan jumlah kunjungan wisatawan sebagaimana disebutkan diatas maka potensi masalah (penyakit menular) juga dapat meningkat, atau dengan kata lain ancaman dibalik banyaknya kunjungan orang adalah potensi meluasnya penyakit menular juga dapat meningkat, karena perpindahan orang pastinya juga dapat membawa serta agent penyebab penyakit. Antara mobilisasi penduduk di tengah arus globalisasi dan dunia tanpa sekat dengan penularan penyakit adalah bagaikan 2 (dua) sisi mata uang yang tidak dapat dihindari, namun dapat dikendalikan sejauh berbagai pranata pendukung dapat disiapkan dan dijalankan dengan baik dan benar adanya, oleh karenanya bahwasannya mobilitas orang menjadi variabel signifikan dalam penularan penyakit infeksi menular perlu menjadi concernt semua pihak yang terlibat dalamnya.
Transformasi dan kesiapan prasarana kesehatan ditengah menggeliatnya seķtor parawisata menuju gerbang pariwisata super prioritas di Labuan Bajo, mengharuskan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Manggarai Barat bersiap diri menghadapi dan mengantisipasi berbagai efeknya, baik yang positif maupun yang negatif. Oleh karenanya seķtor kesehatan haruslah menjadi salah satu pilar yang mendapat porsi nilai “super prioritas” nya. Karena langsung berhubungan dengan manusia dengan segala implikasi dari masuk dan keluarnya wisatawan yang dapat saja membawa agent penyebab penyakit dan menjadi “penular” dan disisi lain harus juga dijaga kesehatannya agar tidak terpapar penyakit selama berada di daerah wisata.
Penguatan pranata sektor kesehatan haruslah menjadi perhatian serius dan cepat seiring dengan perubahan di sektor parawisata yang demikian pesat, jika tidak mau tertinggal dan kemudian mengakibatkan efek yang merugikan dan berakibat pada kesulitan dalam mereposisi situasi kesehatan masyarakat dan lingkungannya agar tetap dalam kendali dan berada dalam kondisi yang kodusif dalam menunjang perkembangan sektor parawisatanya.
Adapun kesiapan pranata sektor kesehatan haruslah tergambarkan dalam beberapa aspek diantaranya: penganggaran, perencanaan program strategis, kesiapan infrastruktur sumber daya manusia, sarana-prasarana tersebut diatas haruslah mengalami perubahan yang signifikan pada era sebelum parawisata super prioritas disematkan dan setelah disematkan, untuk mengantisipasi dan mengawal dampak negatif yang pasti timbul akibat dari mobilisasi orang dan tentunya eksploitasi berbagai daya dukung lingkungan, sosial dan budaya lokal setempat.
Triad epidemiologi antara lain host, agent dan environment adalah konsep dasar epidemiologi penyakit. Setiap perubahan yang mengganggu keseimbangan, baik pada 1 atau lebih variabel akan menyebabkan persoalan kesehatan masyarakatnya (host). Derap pembangunan dalam sektor apa saja, akan berakibat pada terjadinya perubahan keseimbangan terhadap triad epidemiologi dan akan menimbulkan persoalan/permasalahan baru yang tentunya perlu diantisipasi. Perkembangan sektor pariwisata super prioritas di Kabupaten Manggarai Barat khususnya Labuan Bajo. Tentunya akan sangat berpengaruh terhadap variabel environtmentnya. Lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, mobilitas wisatawan akan berimplikasi terhadap keseimbangan lingkungan yang pada akhirnya mempengaruhi keseimbangam ekosistem terutama agent penyebab penyakit baik yang bersumber dari vektor dan hewan penular lainnya, maka dengan sendirinya berimpikasi terhadap host (manusia) dalam konteks kesehatan (sehat-sakit).
Penularan penyakit infeksi, dapat melalui 4 jalur yakni dari orang ke orang, melalui udara, melalui air dan melalui perantara yakni vektor tertentu. Route of transmiter penyakit sebagaimana diatas tentunya erat kaitan dengan aktivitas dan mobilisasi penduduk dari 1 tempat ke tempat lainnya sembari dapat menularkan dan dapat tertular penyakit infeksi tertentu. Dengan makin terkoneksinya wilayah di belahan dunia akibat moda transportasi yang makin baik dan masif, banyak penyakit infeksi menular yang ditimbulkannya sebut saja Covid-19 yang sedemikian masif dan cepat penularannya dari 1 (satu) benua ke benua/wilayah lainnya akibat tidak terbatasnya mobilitas manusia.
Potensial penyakit wabah, sebagaimana PMK No. 1051/2010 terdapat 17 jenis penyakit potensial wabah. Diantara ķe-17 penyakit potensial wabah tercatat 9 penyakit potensial wabah di Kabupaten Manggarai Barat yang perlu mendapat perhatian diantaranya rabies, DBD, anthrax, diare, pertusis, AFP, Campak, HIV/AIDS, Hepatitis. Beberapa penyakit menular potensial wabah ini masih ditemui dan trendnya flukutatif dari waktu ke waktu.
Capaian Program Pembangunan Kesehatan dan Prioritasnya
1. Seiring dengan pembangunan infastruktur parawisata yang demikian gencarnya maka di sektor kesehatan pranata infrastrukturnya juga semakin maju pesat.
- Di Kabupaten Manggarai Barat dari 22 Puskesmas yang ada, 17 puskesmas telah mendapatkan peningkatan prasarana fisik melalui program peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama daerah 3T, dengan penganggaran DAK afirmasi, akan dibangun 4 puskesmas baru di tahun 2023 antara lain Puskesmas Batu Cermin, Puskesmas Golomori, Puskesmas Komodo, dan Puskesmas Kakor
- Untuk Rumah Sakit Umum Komodo Labuan Bajo, semakin ditingkatkan fasilitas prasarana dengan penganggaran pusat. Dan juga terdapat penambahan fasilitas Rumah Sakit Swasta Sto. Yoseph di tahun 2022. Dengan ini jumlah rumah sakit di Labuan Bajo sudah berjumlah 3 (tiga) Rumah Sakit, yakni Rumah Sakit Siloam, Rumah Sakit Komodo dan Rumah Sakit Sto. Yoseph,
- Peningkatan status KKP Wilker Kelas III Kupang menjadi KKP Labuan Bajo di tahun 2022, disertai dengan pembangunan kantor KKP Labuan Bajo yang representative dan SDM serta peran yang lebih adekuat.
2. Eliminasi malaria Kabupaten Manggarai Barat, di tahun 2022 telah berhasil melalui penilaian tingkat Nasional sebagai kabupaten memasuki phase elimninasi malaria dimana akan disematkan status eliminasi malaria pada bulan April 20 23 berkenaan dengan peringatan hari malaria sedunia (proficiat). Status eliminasi malaria dicapai dengan 2 (dua) syarat utama yakni:
a. Syarat Pertama (Utama)
– API (annual parasite insidence) <1 per seribu penduduk
– SPR (slide positif rate) <5%
– Tidak terdapat kasus indigenous selama 3 tahun berturut-turut
b. Syarat Kedua (komplementer)
Manajemen pengelolaan malaria tingkat kabupaten (Dinkes Kab, Faskes Rujukan dan Faskes Tingkat 1)
Total nilai yang harus dicapai oleh Kabupaten/Kota untuk memenuhi nilai ambang eliminasi malaria mencakup dua syarat diatas adalah minimal 70 dari total nilai 100.
Rekomendasi :
- wisatawan di pintu-pintu masuk agar ditingkatkan, mencakup penyakit-penyakit menular potensial wabah untuk mencegah masuk dan keluarnya penyakit menular di suatu wilayah
- Surveilans PD3I melalui pengambilan sampel untuk dilaksanakan pemeriksaan laboratorium
- Peningkatan kapasitas laboratorium kesehatan masyarakat/laboratorium surveilans untuk deteksi dini penyakit potensial wabah
- Pengendalian vektor melalui rekayasa lingkungan fisik agar dapat mengendalikan perkembangbiakan vektor penular penyakit. Termasuk didalamnya adalah pembangunan berbagai infrastruktur keparawisataan agar memasukan pertimbangan keseimbangan lingkungan yang mendukung sektor kesehatan.
- Budaya kerja seluruh jajaran kesehatan agar bertransformasi lebih responsive dan meningkatkan hospitality seiring dengan perubahan lingkungan kepariwisataan di Labuan Bajo dengan banyaknya kunjungan wisatawan di Labuan Bajo
Diharapkan program imunisasi dapat diupayakan mencapai target untuk semua jenis antigen (tinggi dan merata) di semua wilayah dalam kerangka mencapai herd immunity.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!